Kamis, 01 Maret 2012

Sotoji antara Rasa, Selera & Cita – Cita

bungkus mie sotoji
Orang bijak berkata : ketika lidah tergoda, harga jadi nomor dua.

Tidak bisa dipungkiri kekayaan rempah Indonesia begitu beragam hingga tidak terhitung wisata kuliner yang tidak ada habisnya. Banyaknya wisata kuliner ini pun berbanding lurus dengan produk instant yang beredar di pasaran. Dari mulai bumbu, hingga nasi goreng dalam kemasan.

Di antara beragamnya produk instant tersebut, yang paling digemari adalah jenis mie dan sohun instant. Dengan berbagai macam rasa pilihan jenis produk instant ini mengambil hati para penikmat yang tidak ingin repot – repot keluar rumah untuk menggoyang lidah.

Sotoji (Soto Jamur Instant) pendatang baru produk instant dalam jenis sohun. Pilihan ini cukup tepat mengingat produk sohun masih sangat terbatas dibanding mie. Namun, pengkombinasian rasa pada sohun terhitung sulit karena sohun memiliki karakter yang sulit dibentuk rasanya akan tetapi dengan paduan pekat dan spicy nya soto. Menjadikannya maknyus dan mantap terasa.

Ide soto jamur merupakan ide yang cerdas dalam sotoji. Padahal banyak pilihan soto yang cenderung lebih akrab di lidah para penikmat soto; ayam, daging, babat. Namun ketiga rasa tersebut akan berpengaruh ke proses pengawetan yang lebih panjang dan perisa yang lebih kuat untuk menghadirkan rasa seperti dalam keadaan segar.

Namun, jamur! Cenderung mudah diawetkan bahkan dengan cara tradisional; seperti dikeringkan di bawah terik matahari. Jamur yang sudah dikeringkan juga memiliki waktu simpan yang lebih lama. Kandungan gizinya pun masih sangat kaya.

Sebab itulah sotoji merupakan ide yang cerdas dan penulis merasa yakin karena proses pengawetan yang mudah sotoji tidak banyak memakai campuran bahan kimia dan cenderung lebih sehat. Akan tetapi, dengan masih jarangnya budidaya jamur yang merupakan bahan dasar sotoji, akan membuat harga sotoji sedikit lebih tinggi dengan produk soto instan lain di pasaran.

Harga memang tidak pernah bohong dan selalu berbanding lurus dengan kualitas produk. Namun, sudilah kiranya melakukan strategi untuk menekan harga seperti membudidayakan jamur sendiri atau memakai jenis jamur yang berbeda agar produk sotoji ini dapat dinikmati semua kalangan. Karena dengan harga yang lebih kompetitif sotoji telah membantu dalam hal penyediaan pangan dan mengurangi efek gizi buruk muncul, mengingat gizi yang terkandung dalam jamur.

Saat ini sotoji sedang membangun kesadaran branding di kalangan konsumen. Dari mulai proses pembelian yang dapat dilakukan secara online sampai dengan memberikan free sample. Mudah – mudahan juga akan dibuat boot – boot seperti warkop yang melayani pembelian sampai dengan menyediakan sotoji dalam keadaan siap saji.

Akhirnya seluruh tulisan di atas hanyalah sebuah saran yang mudah – mudahan dapat dipertimbangkan oleh management sotoji, karena dalam sotoji bisa jadi merupakan awal revolusi industri produk instant yang tidak hanya memiliki misi bisnis akan tetapi juga memiliki misi pemenuhian gizi yang baik dalam produk instant. Produk yang lebih sehat.

NB : buat yang mau tambah rasa sotojinya lebih pedas. coba kasih irisan cabe rawit sesuai selera deh .. nendang abis.. :)

3 komentar:

  1. jadi apa cita2mu? punya kedai sotoji? xixixiix..

    BalasHapus
  2. wew.. cita cita disitu maksudnya mm.. berharap bisnis ga sekedar bisnis tapi punya misi idealis juga lupiee .. hehe :)

    BalasHapus
  3. mnatap betul sotoji itu ,,,,

    salam hangat dan follow juga
    Revolusi Galau
    ya

    BalasHapus